------Dedication for special friend Julyskliw----
--------Best Friend and Soulmates-------
4 September 2008 - oleh I Gede Arga A.
Suasana SMA Bina Mulia pagi itu sangatlah ramai. Tampak murid-murid duduk bergerombol di sudut-sudut sekolah tersebut. Adam dan Lucky perlahan mulai memasuki gerbang sekolah, mereka nampak santai dan menikmati suasana pagi itu. Tiba-tiba suara gaduh terdengar dari kejauhan
”Adam, Lucky tunggu!!”.
”Suara cempereng siapa tuh?” Tanya Adam.
”Alah kamu tuh belagak nggak tahu, itu kan suara Rieta pacarmu?” Jawab Lucky.
”Pacar??, sejak kapan aku menjadi pacar dia Luck?
“Stupid barangkali kalau aku pilih dia.” Elak Adam.
Perlahan sosok orang yang dibicarakan datang dengan dandanan heboh.
”Good morning Adam and Lucky, How are you today ?”
“Eh, Riet jangan sok Inggris deh kamu, tuh kan gak fasih-fasih amat bicara bahasa Inggris?” Kata Lucky.
”Biarin aku kan juga kepingin jadi kayak bintang film Hollywood, kayak Julia Roberts, Drew Barymore.” Jawabnya.
Saat mereka bertiga berjalan menyusuri koridor kelas mereka bertemu Irene.
”Hai, Irene pa kabar?” Tanya Rieta sambil bercikipa-cikipi dengan Irene.
”Baik!, Eh, Riet boleh nggak nanti gue main ke rumah lo? Udah lama nih gue kangen main ke rumah lo, pengin nyicipin makanan buatan nyokap lo kayak dulu, waktu gue masih sering main.” Pinta Irene.
”Boleh-boleh aja asal ada tarifnya ya non untuk sekali cicip.” Kata Rieta dengan senyum penuh arti.
”Ya gue paham, gue harus pinjamin teenlit terbaru gue, ma lo kan?
Eh, udah dulu ya gue harus kembali ke kelas ada tugas .” Pamit Irene.
“Sampai jumpa!.” Dengan perlahan Irene berjalan berlawanan arah dengan mereka.
Saat melewati Adam, Irene sempat melemparkan senyum manisnya. Adam pun membalas senyuman itu.
”Eh Dam, lo senyam-senyum sama siapa sih kayak orang gila aja?” Selidik Lucky.
”Ah gak ada apa-apa kok.”Jawabnya sambil membuang muka karena malu
Teretttttttt!!. Bel masuk berbunyi.
Rieta, Adam, dan Lucky bergegas cepat masuk ke dalam kelas. Mereka tidak mau terlambat, karena jam pertama di kelas mereka adalah Pak Dedi guru killer yang ngajar fisika, yang so pasti bakal ceramah abis di depan mereka kalau terlambat. Tentang kedisiplinan lah, atau lebih parahnya tidak diperbolehkan masuk ke dalam kelas.
Di dalam kelas, pak Dedi nerangin rumus fisika yang bikin puyeng, tapi Adam malah senyum-senyum sendiri. Dibenaknya cuma ada bayang Irene.
’’She is the perfect girl’’ Gumam Adan dalam hati .
”Dam akhir –akhir ini gue lihat, lo deket banget ma si Irene jangan-jangan lo dah jadian ya?’’Tanya Lucky saat mereka nongkrong di kantin sekolah.
“Nggak, belum.” Sahut Adam kalem
‘’Wah, gue support deh lo jadian, kalau dah jadian jangan lupa ya kasih PJ ma gue ?”
“PJ, apaan tuh” Sahut Adam
“PJ tuh pajak jadian” Jelas Lucky
“Oooh, gitu?? gampang bro itu urusan nanti.” Jawab Adam sambil matanya jelalatan mencari sosok Irene. Karena, akhir-akhir ini, ia telah lebih jauh mengenal sifat dan perilaku Irene.
Serombongan cewek dari kelas sosial duduk membelakangi Adam dan Lucky. Sekilas, Adam menangkap ada suara Irene, ia pun menolehkan kepalanya.
”Yap, betul itu Irene makin cantik aja sih dia.’’ Gumam Adam..Irene yang sadar diamati, wajahnya pun bersemu merah.
Setelah beberapa minggu, usaha PDKT Adam berhasil. Ia pun memberitahu Lucky dan Rieta
“Ky, Riet gue traktir kamu sepuasnya hari ini deh di kantin sekolah, usaha PDKT gue ternyata berhasil.’’
“Huwee, selamat ya bro,’’ Sahut Lucky sambil merangkul sobatnya.
”Selamat ya.’’ Sahut Rieta seperti hampir menangis.
”Riet, kamu gak papa kan?’’ Tanya Lucky.
”Nggak papa kok, gue bahagia karena salah satu dari kita udah engga jomblo.” Jawab Rieta.
Akhir-akhir ini, setelah Adam mengumumkan bahwa ia sudah punya pacar, Lucky mulai mengamati ada yang ganjil pada prilaku Rieta. Ia menjadi pemurung dan selalu menjauh dari Adam dan dirinya. Lucky pun mulai mencari tahu, apa yang terjadi pada Irene. Ia pun sembunyi-sembunyi datang ke rumah Rieta mencoba mencari tahu melalui adik perempuannya Kalin.’
’Gue, gak tahu mengapa sikap kak Rieta akhir-akhir ini berubah, kak Lucky, lebih baik kakak tanya langsung ma orangnya.’’ Jawab Kalin saat Lucky mencoba menayainya mengenai perilaku kakaknya.
Sore itu Lucky menunggu di bangku taman di depan kompleks perumahan, hari ini ia janjian bertemu Rieta. Ia melihat dari kejauhan Rieta melambaikan tangan pada dirinya. Ia pun mendekat ke arah Rieta. Sekilas ia menangkap mata sembab Rieta.
’’Riet, lo kenapa sih akhir-akhir ini menjauh dari aku dan Adam ? Memangnya kami buat salah sama kamu ya?” Tanya Lucky
”Jujur, ma gue . Kita kan sudah temenan lama.” Rieta pun menelungkupkan kepalanya ke bahu Lucky.
Lucky merasa sesuatu yang hangat mengalir membasahi bahunya.
’’Riet, cerita deh, biar gue bisa bantu selesain masalah kamu.” Pinta Lucky.
“Gue, gak bisa lihat Adam sama Irene jadian Luck, karena gue dari dulu suka ma Adam.” Sahut Rieta lirih.
“Riet, gue gak salah denger kan?” Tanya Lucky memastikan. Rieta mengeleng,
“Mengapa lo gak jujur tentang perasaanmu sama dia sejak dulu?” Tanya Lucky.
”Gue engga sanggup Ky merusak persahabatan kita.” Jawab Rieta terbata-bata.
”Ok, gue udah tahu semuanya. Sekarang lo harus bersikap wajar ma Adam mulai besok. Bisa nggak?’” Tanya Lucky
”Gue terus terang pingin kita kayak dulu”.
”Gue gak bisa, terlalu sakit Ky.”Elak Rieta
”Lo engga ngerti perasaan gue banget sih.”Teriak Rieta. Ia pun, segera berlari meninggalkan Lucky yang hanya bisa menatap kecewa kepergiannya.
Esoknya di sekolah Lucky menceritakan apa yang terjadi pada Adam. Adam pun kaget. Bersama mereka mengunjungi rumah Rieta. Karena, beberapa hari ini Rieta tidak masuk sekolah. Di rumah Rieta, mereka disambut ibu Rieta
“Eh, Adam sama Lucky cari Rieta ya? Mari masuk.” Sambutnya.
”Tante panggilin Rieta dulu ya.’”
”Terimakasih Tan” jawab Adam dan Lucky serempak.
“Ngapain kalian ke sini?” Tanya Rieta saat melihat kedatangan Adam dan Lucky
”Gue dah tahu semuanya Riet. Lo gak usah malu ma gue” Kata Adam
“Lucky, ngapain kamu menceritakan semuanya ke Adam?”
“Lo memang lelaki gak bisa tanggung jawab.” Teriak Rieta pada Lucky.
“Sori Riet, gue terpaksa bilang ini demi kebaikan kita semua” Bela Lucky.
“Lo memang ya” Rieta pun berlari meninggalkan Adam dan Lucky.
”Riet, tunggu kita mau coba jelasin ma kamu” Kata Lucky sambil mengejar Rieta.
“Percuma!!” Teriak Rieta.
Tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang, mobil itu hendak menabrak Rieta.
“Awas Riet!!” Teriak Lucky sambil ia berlari hendak menyelamatkan Rieta.
Benturan pun terjadi, Rieta terjatuh di trotoar. Rieta pun tersadar dan mendapati tubuh Lucky bersimbah darah, Rieta mendekap tubuh kaku Lucky.
“Luckyyyyyyyyyy!!” Teriak Rieta. Tergopoh-gopoh Adam datang, Ia pun kaget dan segera mencari pertolongan.
Beberapa minggu kemudian, Adam, Rieta, dan Irene berdiri di sebuah gundukan makam yang masih basah. Pada nisan terukir nama Lucky bin Soedarwoko. Di samping makam itu, Ibu Lucky beserta kakak perempuan Lucky, Marisa duduk bersimpuh menangis sedih. Seolah mereka tak percaya Lucky telah tiada. Perasaan syok dirasakan Rieta, betapa ia terpukul atas kematian Lucky. Marisa yang melihat kehadiran Rieta segera menghampirinya
“Riet, sebelum Lucky meninggal ia sempat menulis surat untuk kamu, ini suratnya” Kata Marisa sambil menyerahkan surat Lucky kepada Rieta.
Setelah dari pemakaman Rieta pun membaca surat terakhir dari Lucky.
To Rieta
Hai Riet, mungkin saat lo baca surat dari gue. Gue udah ga ada di samping lo. Sebenarnya gue dah lama sakit tapi gue berusaha nutupin itu dari kalian. Dokter memvonis gue kena Leukimia, dan gak akan bertahan lama. Saat di Rumah Sakit, dokter pun angkat tangan atas kondisi gue yang kian memburuk. Ia menyatakan kecil harapan gue buat sembuh. Tapi gue tetap optimis, untuk sembuh, karena gue punya harapan untuk menyatakan, bahwa gue suka ma lo sejak dari dulu. Walaupun, pada akhirnya gue harus pergi tinggalin lo nantinya. Gue gak nyesel, karena sudah menyatakan hal ini ama lo.
Terimakasih udah jadi pelangi yang mewarnai hidup gue yang singkat ini. Gue harap, lo mau tetap sobatan dengan Adam.
Salam
Lucky
Rieta pun tersedu membaca surat itu. Ia pun berjalan ke balkon rumahnya menatap ke langit senja
“Luck, moga lo bahagia di sana. Terimakasih udah jadi sahabat terbaikku.”